Talak Tiga dengan Sekali Ucapan Apakah Terjadi Talak Tiga atau Tidak?

Oleh : Muhammad Fahmi Azizi dan Muhammad Ridho Wahyuda

Malang – Terdapat perbedaan antara Madzhab Syafi’i dan Hambali dalam menghukumi talak tiga yang dilakukan oleh suami kepada istrinya dengan sekali ucapan. Salah satu ulama’ Hanabilah, Imam Ibnu Taimiyah berpendapat hanya jatuh talak satu, dalam Al-Fatawa Al-Kabir beliau mengatakan:

وَلَا نَعْرِفُ أَنَّ أَحَدًا طَلَّقَ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – امْرَأَتَهُ ثَلَاثًا بِكَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ فَأَلْزَمَهُ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بِالثَّلَاثِ، وَلَا رُوِيَ فِي ذَلِكَ حَدِيثٌ صَحِيحٌ وَلَا حَسَنٌ، وَلَا نَقَلَ أَهْلُ الْكُتُبِ الْمُعْتَمَدِ عَلَيْهَا فِي ذَلِكَ شَيْئًا؛ بَلْ رُوِيَتْ فِي ذَلِكَ أَحَادِيثُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ بِاتِّفَاقِ عُلَمَاءِ الْحَدِيثِ، بَلْ مَوْضُوعَةٌ؛ بَلْ الَّذِي فِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ وَغَيْرِهِ مِنْ السُّنَنِ وَالْمَسَانِيدِ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ: «كَانَ الطَّلَاقُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَأَبِي بَكْرٍ، وَسَنَتَيْنِ مِنْ خِلَافَةِ عُمَرَ: طَلَاقُ الثَّلَاثِ وَاحِدَةٌ. فَقَالَ عُمَرُ: إنَّ النَّاسَ قَدْ اسْتَعْجَلُوا فِي أَمْرٍ كَانَتْ لَهُمْ فِيهِ أَنَاةٌ، فَلَوْ أَمْضَيْنَاهُ عَلَيْهِمْ، فَأَمْضَاهُ عَلَيْهِمْ [ابن تيمية ,الفتاوى الكبرى لابن تيمية ]

Artinya: “Kami tidak mengetahui ada seseorang yang mentalak tiga istrinya pada masa Rasulullah SAW dengan satu lafadz atau kalimat kemudian Rasulullah menetapkan bahwa jatuhnya talak tiga. Dan tidak ada riwayat hadis yang shohih bahkan Hasan terkait masalah ini. Tidak ada ahli kitab mu’tamad yang menukil permasalahan tersebut, akan tetapi semua hadits yang mengatakan talak tiga dengan satu kalimat itu jatuhnya talak tiga semuanya dhoif menurut kesepakatan ulama’, bahkan hadits maudhu’. Namun yang terdapat dalam Shahih muslim dan lainnya seperti sunan dan musnad-musnad yang diriwayatkan oleh thawus dan ibni Abbas beliau berkata “talak yang terjadi pada masa Rasulullah SAW dan Khalifah Abu Bakar dan dua tahun masa Khalifah Umar bin Khattab: talak tiga itu adalah satu (terjadi talak satu)”. Kemudian Umar berkata “Sesungguhnya manusia tergesa-gesa dalam suatu perkara maka akan menyulitkan golongan itu sendiri, ketika kami jalankan hal tersebut, maka akan saya terapkan kepada golongan tersebut”. [Al Fatawa Al Kabir]

Dapat dipahami bahwasanya menurut Ibnu Taimiyah talak tiga dengan sekali ucapan atau lafadz itu hanya terjadi atau berlaku talak satu. Selain diatas terdapat pula hadits yang dijadikan istidlal oleh Ibnu Taimiyah dalam hal talak tiga yang diucapkan dalam satu kalimat terjadi talak satu, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، ح وحَدَّثَنَا ابْنُ رَافِعٍ، وَاللَّفْظُ لَهُ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي ابْنُ طَاوُسٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّ أَبَا الصَّهْبَاءِ، قَالَ لِابْنِ عَبَّاسٍ: أَتَعْلَمُ أَنَّمَا «كَانَتِ الثَّلَاثُ تُجْعَلُ وَاحِدَةً عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبِي بَكْرٍ، وَثَلَاثًا مِنْ إِمَارَةِ عُمَرَ»؟ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: نَعَم»

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim: Telah mengkhabarkan kepada kami Rauh bin ‘Ubadah: Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Juraij. Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Rafi’ (dan lafadh ini miliknya): Telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij: Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Thawus, dari ayahnya : Bahwasannya Abush-Shahbaa’ berkata kepada Ibnu ‘Abbas: “Apakah engkau mengetahui bahwasannya thalaq tiga (dalam satu lafadz/majelis) terhitung satu thalaq pada masa Nabi SAW, Abu Bakr, dan tiga tahun pertama masa pemerintahan ‘Umar ?”. Ibnu ‘Abbas menjawab: “Ya”. [Shahih Muslim]

Adapun perspektif madzhab Syafi’i, pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani. Dalam anotasi hadisnya beliau mengatakan;

وإيقاع الثلاث للإجماع الذي انعقد في عهد عمر على ذلك ولا يحفظ أن أحدا في عهد عمر خالفه في واحدة منهما. ثم قال: فالمخالف بعد هذا الإجماع مُـنـابذٌ لـه، والجمهور على عدم اعتبار مَن أحدث الاختلاف بعد الاتفاق.

Artinya: “Jatuhnya talak tiga-dalam kasus mengucapkan talak tiga sekaligus-itu karena ijma’ yang terjadi pada masa pemerintahan ‘Umar bin ‘Affân, dan tidak tercatat adanya seseorang pada masa beliau menentang pendapatnya tersebut… Maka orang yang menyalahi atau menentang setelah ada ijma’ ini berarti menentang pendapat beliau, dan Jumhur ulama memandang tidak ada penilaian terhadap orang yang membuat perbedaan pendapat setelah terjadi persepakatan tentang hukum tersebut”. [Ibnu Hajar Al-Asqalani, Syarh Shahih Al Bukhari]

Selain itu terdapat pula pendapat yang dikemukakan oleh Syekh Abu Ishaq Asy Syairazi dalam kitabnya yang berjudul “Al Muhadzab Fi Fiqhi Al Imam Asy Syafi’i”.

فصل: إذا طلق الحر امرأته ثلاثاً أو طلق العبد امرأته طلقتين حرمت عليه ولا يحل له نكاحها حتى تنكح زوجاً غيره ويطأها والدليل قوله عز وجل: {فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلا تَحِلُّ لَهُ مِنْ بَعْدُ حَتَّى تَنْكِحَ زَوْجاً غَيْرَهُ} [البقرة: ٢٣٠]

Artinya: “Apabila seorang laki laki merdeka mentalak tiga wanitanya atau seorang budak mentalak dua wanitanya maka haram baginya dan tidak halal menikahinya sampai orang lain menikahi wanitanya tersebut dan menggaulinya. Adapun dalilnya yaitu firman Allah: Kemudian jika si suami mentalaknya, maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Q.S Al Baqarah: 230”. [Al Muhadzab]

Dalil yang dijadikan istidlal oleh ulama-ulama Syafi’iyah yaitu sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasa’i.

 عن عائشة قالت: جَاءَتِ امْرَأَةُ رِفَاعَةَ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: إِنَّ رِفَاعَةَ طَلَّقَنِي فَأَبَتَّ طَلَاقِي، وَإِنِّي تَزَوَّجْتُ بَعْدَهُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ الزَّبِيرِ وَمَا مَعَهُ إِلَّا مِثْلُ هُدْبَةِ الثَّوْبِ، فَضَحِكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: لَعَلَّكِ تُرِيدِينَ أَنْ تَرْجِعِي إِلَى رِفَاعَةَ، لَا حَتَّى يَذُوقَ عُسَيْلَتَكِ

Artinya: “Dari Aisyah berkata: telah datang istrinya Rifa’ah kepada Rasulullah SAW kemudian dia berkata “Sesungguhnya Rifa’ah telah mentalakku tiga kali talak kemudian aku menikah dengan Abdurrahman bin Zubair setelahnya, dan tidaklah aku bersamanya melainkan seperti rumbai pakaian”. Kemudian Rasulullah SAW tertawa dan bersabda “barangkali engkau berharap kembali (rujuk) kepada Rif’ah tidak bisa sampai dia (Abdurrahman bin Zubair) merasakan madumu”.  [Kitab Sunan An Nasa’i]

Hadits lain yang dijadikan istidlal oleh imam Syafi’i yaitu hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim.

عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمُطَلَّقَةِ ثَلَاثًا، قَالَ: لَيْسَ لَهَا سُكْنَى، وَلَا نَفَقَةٌ

Artinya;“Dari Fatimah binti Qais, dari Rasulullah SAW perihal wanita yang ditalak tiga, beliau bersabda “Dia tidak berhak mendapatkan tempat tinggal dan nafkah”. (Shahih Muslim)”

Berdasarkan hadits tersebut menunjukkan bahwa hukum wanita yang dijatuhi talak tiga sekaligus menurut Madzhab Syafi’i tidak boleh rujuk kembali dan termasuk talak ba’in kubra, yang mana istri boleh rujuk kembali kepada suaminya jika sudah menikah dengan orang lain dan melakukan hubungan dengan orang tersebut. Sedangkan menurut Hanabilah, hanya jatuh satu saja. Melihat pendapat diatas, maka rasanya mengikuti madzhab Syafi’i sangat tepat, karena hujjah mereka menggunakan hadits Shahih dan Ihtiat dalam mengambil keputusan hukum.

Wallahu A’lam bi al-shawab